Jumat, 25 Juni 2010



psikilogi cinta terhadap wanita

Benar, bahwa dalam banyak hal kadar cinta wanita (aslinya) lebih dalam dari cinta pria terhadap cinta wanita. Apa sebabnya? Kalangan psikolog telah menyepakati bahwa kadar emosinya lebih tinggi dari pria. Bukankah cinta itu juga salah satu aspek dari emosi seorang manusia?
Kedalam cinta seorang wanita kepada pria, memang sudah merupakan fitrah kaum wanita. Di samping pembicaraan ilmu, juga sudah dicatatkan dalam al-quran mendahului dari perumusan yang di temukan ahlinya ini. Cobalah ungkap surat yusuf didalam al-quran, nanti akan ditemukan bagaimana seorang wanita yang tidak bisa disembunyikannya lagi dihadapan Nabi Yusuf as. Nabi Yusuf tetap manghindar dengan sekuat tenaga, dan dengan pertolongan Allah, Nabi Yusuf selamat dari panggilan cinta wanita yang tidak tertahankan lagi.

Inilah supremasi (dkaramah) wanita yang harus diakui kalau fenomena ini kurang terlihat di zaman sekarang misalnya; dengan kejadian orang-orang tertentu menganggap layak atau tidak/ada “mode” sering pindah suami. Pada hemat kita hal itu tidak tumbuh dari kehendak yang terdalam dari idealistic kewanitaan, tapi semacam pegeseran mencoba menutupmenutup lubak yang terdalam itu oleh mode non timur yang dianggap sebagai kehendak zaman, untuk meluncur kepermukaan dengan suatu ide kami mencabik keadaan kami yang tradisional selama ini untuk tidak kalah bersaing dengan orang-orang yang dianggap modern,..siapa lagi yang disebut modern selain orang-orang non timur itu, kalau bukan duni non timur yang selalu memegang “happy pleasure” atas analisis freud dinegara ilmanga lebih kukuh dan abadi dari pada kehendak-kehendak tempat yang muncul hari ini sebagai mode, dan besok hilang lagi tanpa ada suuatu sandaran (evidensis).

Maka kalau anda merasa cintanya lebih dalam ketimbang pria itu, hal ini memang benar dan suatu kenyataan anda menunjukkan fitrah idealistic sebenarnya. Tetapi sangat disayangkan kalau cinta menampilkan hal ini dalam mode “pacaran” yang mungkin fitrah ini tidak laku sebab yang penting dalam dunia pacaran yang nyaris menjadi mode ini adalah bersiap untuk menjadi bahan perbandingan mencari mana yang terbaik. Terus terang mulut usil pria yang mengingkari argumentasi ini tentunya pria sesudah zaman balai pustaka, bukan?.
Apakah Situasi Ini Mengingkari fitrah ?

CINTA?… benar, kalau motif nya ingin mencari yang terbaik gal ini mengingkari maksud luhur percintaan yang ingin memadu keinginan, sikap, pandangan, antara dua belah pihak kearah satu tujuan yang harmonis saling pengertian, menciptakan bahtera rumah tangga yang sehat dan dinamis.

Cinta seorang prempuan yang idelelistik dan fitrah itu agaknya sekarang sudah tidak terlihat secara utuh disebabkan factor lingkungan tadi ini bukan salah bunda menyandung putrid dahulu, tetapi pengaruh mode pria yang dapat mewarnai cinta perempuan yang natura ldan yang bersih itu. Seorang pengamat Michelet pernah berkata; “hampir setiap kekeliruan yang di perbuat seseorang perempuan di sebabkan pengaruh kebodohan atau kejahatan kalangan pria-pria. Jadi, misalnya pria yang memodekan “pacaran” itu, ikut mengelirukan jati diri pria / wanita sesungguhnya yyang secara biologis hanya ingin satu pria sebagai suaminya dan tidak ingin banyak pria sebagai study perbandingan.

Kalu anda menyampaikan keadaan sang arjuna meniggalkan anda, sering juga kita temukan (malah masuk agenda bimbingan kita), sang wanita meninggalkan pria setelah tidak cocok dalam masa pacaran, anda jangan mengura bahwa kaum anda lebih banyak dikorbankan didalam ‘pacaran’ sebab kalau dihitung secara jujur, kuantitasnya berimbang, dan itulah konsekuensi memilih yang terbaik. Kalau namanya memilih terbaik dari sekian banyak pilihan, apakah murni sebagai cinta lagi?.

Kalangan peneliti memberi jawaban bervariasi, jawaban itu diantaranya;”kalau hakekat cinta itu di sebut secara misterius hanya sekali terjadi, berarti kalau ada pemilihan, akan ada seleksi, maka akan ada sesuatu yang diharapkan ini bukan atas dasar cinta murni lagi. Berbabagai semboyan pernah kita dengar mempertahankan hipotesa ini, misalnya: cinta pertama itu adalah cinta yang paling indah”. Lalu disusulmotto lain yaitu; cinta sejati datangnya sekali, kalau demikian halnya, makaupaya pemilihan jodoh pertama sekali disebut cinta pertama , dan cinta untuk kesekian kalinya , tentu sebagai hasil adonan seleksi.

2 komentar: